Kamis, 24 April 2008

Tujuan dari Pernikahan

Janji Kepada Istri

Apakah sebenarnya tujuan dari pernikahan?

Pertanyaan itu dilontarkan dalam sebuah pertemuan konseling pranikah. Beberapa orang bilang bahwa tujuan menikah seharusnya adalah untuk memuliakan Tuhan. Saya tidak bisa membantahnya, tapi …..menurut saya itu bukan tujuan spesifik dari menikah, karena memuliakan Tuhan bukan cuma tujuan menikah, tapi tujuan hidup, baik itu saat kita bekerja, sekolah, beraktifitas, tidur, bernapas.
Kita menikah bukan hanya untuk memperoleh keturunan, karena jika sampai Tuhan tidak memberikan keturunanpun kita akan tetap mempertahankan permenikahan.

Kita menikah bukan hanya untuk mencari kebahagiaan, karena kalau tidak sampai bahagiapun kita akan tetap bersama pasangan kita.

Kita menikah bukan untuk seks karena tanpa itupun kita akan tetap bersama.

Seks, keturunan, dan kebahagiaan bukanlah tujuan pernikahan, itu semua adalah hadiah dari Tuhan.

JANJI PERNIKAHAN: Kami akan tetap bersama, ya…itulah tujuan kita menikah. Bukankah jelas terucap dalam janji pernikahan? Dalam suka dan duka, kelimpahan dan kekurangan, sehat dan sakit? Hanya kematian yang bisa memisahkan. Dan itu bukan basa-basi. Kami akan merasakan semua proses, semua petualangan, semua pengalaman, semua masalah, semua kebahagiaan, semua penderitaan, semua berkat bersama.
So, bagi pasangan yang mungkin sedang berpikir untuk bercerai, ingatlah apa yang saudara ikrarkan di hadapan Tuhan dan jemaat saat pemberkatan nikah. Bukankah hanya kematian yang bisa memisahkan?

Pembentukan Karakter
Pada dasarnya pernikahan yang baik akan membentuk suatu karakter yang baik di dalam diri pasangan suami istri. Untuk sepasang pria dan wanita bisa saling mencintai dan melayani, butuh pembentukan karakter dari keduanya.

Jadi?
Apakah masih ada hidup pernikahan yang indah? Ya, tentu saja masih ada! Pernikahan yang indah terjadi bukan karena pasangan itu sama-sama sempurna, tapi karena mereka adalah pasangan yang tidak sempurna, namun mau saling belajar dan menjadikan setiap perbedaan sebagai suatu harmoni. Pernikahan kita akan semakin indah dan berarti ketika kita mempersiapkan diri dengan baik.

Contoh janji pernikahan klasik
Saya, ………., mengambilmu, ………… sebagai istri yang sah dan saya berjanji untuk setia mulai dari hari ini dan seterusnya, baik dalam keadaan susah maupun senang, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit. Saya akan mencintai dan menjagamu sampai kematian memisahkan kita. Inilah janji setiaku bagimu.

Contoh janji pernikahan yang dibuat secara pribadi
Aku, …………….mengambilmu, ……………..untuk menjadi partner dalam hidupku. Aku mencintai apa yang sudah aku ketahui tentangmu dan percaya bahwa aku dapat menerima apa yang belum aku ketahui tentangmu. Aku menunggu-nunggu saat dimana kita akan tumbuh bersama dan aku dapat mengenal dirimu di masa depan dan jatuh cinta sedikit lebih dalam setiap hari. Aku berjanji untuk mencintai dan menjagamu seumur hidupku apa pun yang terjadi.

Hawa tidak diambil dari kepala Adam sehingga ia menjadi penguasa atas Adam, tapi ia juga tidak diambil dari kakinya supaya menjadi budak Adam. Hawa diambil dari sisi Adam supaya ia menjadi teman yang setara dengan Adam (Eileen Power, Medieval People).

1 Petrus 3:17

Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.

1. Hidup Bijaksana Dengan Istri Sebagai Kaum Yang Lebih Lemah

Ada buku yang berjudul What Men Know About Women. Semua halamannya kosong! Kita sering mendengar pria yang frustrasi berkata, “Saya tidak bisa mengerti wanita!” Tetapi Rasul Petrus berkata, “hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu.” Ini sangat paradoks. Tuhan menyuruh pria untuk hidup bijaksana dengan istrinya—suatu pengertian akan nature dasar dan kebutuhan mereka—tapi sebagian besar pria sangat sedikit tahu tentang wanita.

Bisakah ini menjadi alasan kenapa pernikahan menjadi gagal?

Jika Tuhan berkata bahwa pria harus hidup bijaksana dengan istrinya, maka jelas mereka bisa tahu sesuatu tentang mereka, pendapat populer sekalipun! Hal pertama yang perlu mereka ketahui dinyatakan dalam ayat yang baru kita kutip: “Hormati istrimu, karena mereka kaum yang lebih lemah.

A. ” Wanita adalah kaum yang lebih lemah.

Itu tidak berarti wanita secara mental, moral, atau rohani lebih rendah, tapi secara fisik dia lebih lemah. Dia mungkin kurang terpengaruh akan penyakit dan mungkin memiliki jangka hidup yang lebih lama dari pria, tapi kenyataannya tetap wanita lebih lemah secara fisik. Tuhan menciptakannya seperti itu dengan tujuan agar yang lemah bergantung pada yang lebih kuat.

B. Karena istri secara fisik lemah, dia bergantung pada suaminya untuk perlindungan dan penyediaan.

Tugas pria adalah menyediakan makanan, pakaian, dan perlindungan, sementara istri dibuat Tuhan untuk mengandung anak dan menyediakan kebutuhan anak mereka dengan kasih dan perawatan yang dibutuhkan. Bagaimanapun keadaan yang diberikan Tuhan untuk menjalankan peran itu menyebabkan kelemahannya—emosinya. Seorang wanita kadang bergumul dengan perubahan mood yang tiba-tiba dan tidak bisa dijelaskan. Ini disebabkan oleh kimia hormone yang merupakan bagian darinya. Emosi yang seperti itu membuat dia bergantung pada pria yang diberikan Tuhan. Hal itu menekankan perkataan Tuhan pada Hawa: “engkau akan berahi kepada suamimu.” Dia mencarinya dengan suatu keinginan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Dia diciptakan untuk dia, dan hidupnya berpusat padanya. Tuhan ingin para suami untuk “hidup bijaksana dengan istri,” kemudian sesuai dengan itu, “hormati istri, sebagai kaum yang lebih lemah.” Tuhan yang menciptakan kebutuhan emosi dalam wanita ini bertujuan agar dipenuhi oleh suami.

Bagaimanapun, hal ini tidak menjadi alasan bagi suami dalam tanggung jawabnya terhadap istri. Cara Tuhan yang umum untuk memberikan keamanan dan kepuasan bagi wanita adalah melalui suaminya.

Bagaimana suami melakukan itu? Bagaimana setiap pria bisa memenuhi kebutuhan dasar wanita?

Ini mungkin terdengar terlalu menyederhanakan, tapi beberapa huruf bisa menjadi jawaban lengkap dari masalah kompleks ini. Tanggung jawab utama suami dalam pernikahan Kristen adalah mengasihi istrinya. “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” (Efsus 5:25) “Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.” “kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri.”5(Efesus 5:28) “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” (Kolose 3:19). Semua ayat ini membutuhkan agape, merupakan kasih tertinggi untuk terus memberi saat tidak ada balasan dan hanya untuk kebaikan orang yang dikasihi dengan pengorbanan pribadi.

Ayat ini memberikan pengertian baru dari pengajaran yang salah terhadap kepemimpinan pria. Kepemimpinan bukan pengajaran kejantanan yang dengan cerdik dibuat untuk menyombongkan ego suami. Kepemimpinan meliputi tugas suami untuk membangun suasana kasih dimana kebutuhan dasar istri bisa dipenuhi—Suatu lingkungan dimana istri bisa dengan bebas bertumbuh dan mengembangkan semua yang Tuhan harapkan. Ketaatannya adalah respon sukarela terhadap kepemimpinan kasih suami.

Kata kuncinya adalah respon

Wanita adalah responder. Ini peran seseorang yang bergantung pada orang lain. Bunga bergantung pada sinar matahari dan hujan; saat mereka mendapatkannya, mereka berespon dengan mengembang dengan indah. Inilah juga cara Tuhan membuat wanita. Dia berespon terhadap apa yang diterimanya. Jika dia menerima kritik, kekasaran, tidak peduli, kurang dihargai, atau kurang dikasihi, dia akan berespon dengan membela diri, seperti kepahitan, dingin, perlawanan atau ngomel. Sebagian wanita menjadi peminum atau membenamkan diri dalam kegiatan sosial.

Tapi jika wanita menerima kasih, dia akan berespon dengan kasih, dan akan mengembang dengan indah menjadi mahluk terindah. Saat pria menyatakan istrinya tidak mengasihinya lagi, dia menyatakan bahwa dia tidak mengasihi istrinya seperti seharusnya. Jika dia mengasihi istrinya, maka istrinya berespon dengan kasih juga. Seorang pria mendapatkan apa yang diberikan pada istri. Dia tidak bisa memaksa istri untuk mengasihi dia, tapi dia bisa menunjukan kasih pada istri dan menikmati respon kasih istrinya. Maka dari itu, tanggung jawab pernikahan yang berhasil terutama diletakan pada suami. Dia yang melakukan langkah pertama—yaitu mengasihi istrinya dengan kasih Kristus.

“Jika saja dia berhenti ngomel, saya bisa lebih mengasihinya.” Jika itu yang anda katakan, maka lakukan sebaliknya! Suami harus berinisiatif. Kasih marupakan prilaku mental yang diterima melalui tindakan kehendak manusia dari sumber segala kasih, Tuhan sendiri. Ini tidak bergantung pada kelayakan atau tindakan objek, tapi pada kasih Tuhan yang tidak berkesudahan dan tidak berubah. Seorang istri bisa menjadi manis atau masam; rumah bisa menjadi bersih atau kotor; makanan bisa jadi enak atau buruk; tapi semua itu seharusnya tidak mempengaruhi kasih suami. Dia mengasihi istrinya “seperti Kristus mengasihi gereja.” Kita mengetahui bahwa kasih Kristus bagi gereja tidak berasal dari hal indah yang dilihatNya dalam kita, tapi melalui nature kasihNya. Sekarang DIa menyediakan kasih yang sama bagi setiap suami Kristen yang ingin pernikahannya berjalan.

C. Pengorbanan diri merupakan inti kasih.

“Para suami, kasihi istrimu seperti Kristus mengasihi gereja, dan memberikan diriNya.” Calvary, dimana Kristus mengorbankan DiriNya, merupakan pernyataan kasih terbesar dalam sejarah manusia. Sekarang Tuhan meminta setiap suami Kristen melakukan pengorbanan yang sama. Hal yang sangat penting diingat—kasih memberi. Itu meliputi memberikan hal materi yang dibutuhkan istri saat keuangan mengijinkan, dan mungkin memberikan pemberian kecil dan berkata, “Aku perduli. Aku memikirkanmu saat kita terpisah.” Itu tidak menghabiskan banyak uang, tapi meyakinkan istri tentang kasih suaminya.

Kasih juga meliputi pertolongan. Kadang suami mengembangkan pemikiran aneh bahwa rumahnya merupakan istana dan dia adalah rajanya. Tugas istrinya adalah menyediakan kenyamanannya dan melindungi dia dari semua situasi yang tidak nyaman. Dia duduk dengan agung dimeja makan, tenggelam dalam kursi, dan menghibur diri dengan suratkabar dan televise sementara istrinya membersihkan dapur, mengatur rumah, menolong pekerjaan rumah anak-anak, dan menidurkan mereka. Setiap pelanggaran akan waktu menjadi raja akan diberi protes.

Sebagian besar pekerjaan istri itu berat, mungkin lebih berat dari suami mereka, dan tidak ada suami terlalu tinggi untuk menolong pekerjaan rumah dan anak-anak. Jika istri merupakan kaum yang lebih lemah, maka menyuci piring, menyapu lantai, mengawasi anak, membersihkan jendela, atau hal kecil lainnya merupakan cara lain mengatakan, “Aku cinta kamu.”

Kasih yang berkorban meliputi pemberian waktu. Sebagian suami terlalu sibuk dengan hal lain, membetulkan alat, atau memberikan malam dengan istrinya. Dengan itu mereka berkata, “Engkau tidak cukup berharga untuk pengorbanan pribadi,” dan ini menyebarkan rumput liar dibunga yang indah. Tapi saat istri mulai layu dan merefleksikan prilaku yang sama terhadap suami, dia biasanya mengeluhkan hal itu. Masalah ini bisa diselesaikan saat suami mulai menunjukan kasih Kristus.

Kasih bisa meliputi pemberian sesuatu. Sering seorang suami memiliki hobi yang tidak disukai istri. Biasanya kompromi bisa dibuat: istri bisa mengembangkan hobi tersendiri, suami bisa membatasi diri terhadap sesuatu, atau mereka merencanakan kegiatan khusus bersama.

Kasih seperti Kristus meliputi meyakinkan kembali dan pemberian semangat. Sebagian pria menolak mengatakan pada istri kalau mereka mengasihinya. “Saya sudah mengatakan itu saat menikahinya, dan dia mengetahui hal itu benar.”

Ya, tapi wanita perlu diyakinkan kembali. Seluruh hidupnya dibungkus oleh keamanan kasih suaminya, dan Tuhan ingin dia diyakinkan dalam setiap cara yang memungkinkan. Dia butuh mengetahui kalau suami mempedulikannya—bahwa suami menghargai hal yang dia lakukan untuk menyenangkannya, seperti menjaga rumah dan memasak makanan. Dia perlu tahu bahwa suami pulang karena dia ada disana—bukan hanya makanan dan tempat tidur! Salah satu keluhan istri adalah suami mereka menganggap itu biasa saja, memperlakukan mereka seperti pembantu. Inilah apa yang wanita katakan apa yang paling dibutuhkan dari suaminya: “Saya butuh rasa dibutuhkan, bahwa apa yang saya lakukan bagi dia dan anak kita penting baginya. Kemudian, saya ingin dihargai akan apa yang saya lakukan.” Sebagian besar istri berusaha keras untuk menyenangkan, dan mereka butuh untuk mengetahui kalau suami mereka menyetujui dan menghargai usaha mereka.

2. Hormatilah Mereka Sebagai Teman Pewaris Dari Kasih Karunia Kehidupan.

Suami sering mengeluarkan istri dari kehidupan mereka. Mereka pikir kerja keras dan menyediakan materi berlimpah akan membuat istri bahagia. Dan saat mereka bekerja untuk kaya, istri mereka dirumah dengan hati yang sakit, ingin membagi hidup dengan suami seperti maksud Tuhan, memberi penghargaan, dan kasih Tuhan ingin mereka dapatkan, menginginkan tuntutan pengertian simpatik.

A. Suami Harus Mengerti Akan Keadaan Istrinya

Seorang wanita menulis, “Suami saya perlu memberi tahu saya bahwa dia sadar akan masalah yang sedang saya alami dan mengerti keadaan saya. Saya perlu merasakan bahwa kita bekerja bersama untuk tujuan yang sama.” Satu kata yang sering muncul saat istri membahas apa yang mereka butuh dari suaminya adalah pengertian. Sebanyak apapun materi tidak bisa menggantikan suami yang mendengar istri dengan perhatian yang tidak terbagi saat dia membutuhkan perhatian suaminya, yang mencoba mengerti perasaannya yang paling rumit, dan membiarkan istrinya tahu kalau dia mengasihinya selama saat yang paling tidak logis itu sekalipun.

B. Suami Harus Rela Berkorban

Kelanggenagan rumahtangga membutuhkan pengorbanan. Itu menuntut pengorbanan total. Itulah yang dilakukan Kristus saat kasihNya membawa Dia ke Kalvari. Jika anda tidak ingin membayar hal itu, maka anda membuat kesalahan fatal ketika anda membuat janji pada seorang wanita untuk mengasihinya sampai kematian.

Tuhan berkata dia merupakan bagian darimu. Anda satu daging. Dia butuh diperlakukan sama seperti anda memperlakukan tubuh anda. “Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.”

Kata menjaga berarti mengusahakan tetap hangat, tapi juga berarti penuh kasih, perhatian, perawatan yang diberikan perawat terlatih pada anaknya sendiri. Sebagian pria seperti anak kecil; mereka ingin istri mereka menyuapinya saat lapar dan menenangkan mereka saat mereka terluka, seperti yang ibu mereka lakukan. Menurut Alkitab, itu lebih dekat pada peran suami terhadap istri, daripada peran istri terhadap suami.

C. Suami Harus Menjaga Kehidupan Jasmani dan Rohani Istri Mereka

Sebagian pria sangat menjaga tubuh mereka. Mereka mendapat makanan yang banyak, istirahat cukup, pakaian yang sesuai, istirahat dari rutinitas, olah raga, hiburan yang menyenangkan, waktu untuk diri sendiri, dan beberapa kepuasan dalam hidup. Tapi apakah mereka juga ingin melihat itu dalam diri istri mereka? Seharusnya begitu, menurut Firman Tuhan, karena istri merupakan bagian dari mereka. Pemeliharaan suami bagi istri, juga merupakan pemeliharaan diri, karena mereka adalah satu.

3. Doa Terkabulkan (Berkat dalam Keluarga) .

Apa yang dikatakan Petrus dalam ayat 1 Petrus 3:17: “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.”

Saat seorang pria mengambil wanita sebagai istrinya, dia menjadikannya bagian dari dirinya; dia tidak bisa mengeluarkan wanita itu dari hidupnya. Saat dia menolak mentaati Firman Tuhan tentang hal ini, roh kepahitan dan permusuhan masuk kedalam pernikahan mereka, kuasa rohani hilang dan doa yang efektif terhalang. Kerohanian yang tumpul bisa dilacak dari hal ini. Inilah saatnya bagi kita untuk kembali mentaati Firman Tuhan!

Tidak ada komentar: