Kamis, 24 April 2008

Beragama dalam Kepalsuan

Tidak bisa dipungkiri jika ada orang yang punya motivasi tertentu dalam beragama. Ini perlu dibedah supaya kita

Ucapan itu dilatarbelakangi peristiwa ketika Yesus memberi makan 5.000 orang hanya dengan lima roti dan dua ikan. Mukjizat itu memang membuat perut orang-orang yang hadir menjadi kenyang. Di lain sisi, hal itu memberi kesan tersendiri, yakni makan gratis. Kesan lainnya: ternyata ikut Tuhan tidak lapar. Di sini terlihat aktivitas keagamaan yang sangat menarik, di mana orang-orang mencari dan menemukan Yesus di seberang laut. Bagi mereka, Kristus tampak sebagai sesuatu yang sangat indah dan luar biasa. Untuk mencari Yesus, mereka meninggalkan aktivitas, keluarga, dan lain-lain.

Ini kegiatan keagamaan yang patut dipuji. Saat mencari Yesus mereka tampak beragama. Tetapi Yesus tidak memuji. Sementara gereja masa kini tentu akan berterimakasih dan memuji jemaat yang terus datang mencari Tuhan, sekalipun pencarian itu dilatari dua kemungkinan: palsu atau asli, atau ada selubung tertentu. Tapi gereja memang bukan Tuhan. Gereja tidak peka seperti Yohanes Pembaptis, yang tahu kepalsuan hati orang-orang yang mau dibaptis itu, maka dia pun menghardik, “Pulang kau ular-ular beludak!”

Orang zaman sekarang memang kurang peka dibanding para rasul. Mungkin itu sebabnya kita mudah menipu dan tertipu dalam konteks beragama. Tetapi yang namanya asli atau palsu bisa dikenali Tuhan, sehingga Ia berkata (ayat 26), “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencariku bukan karena telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang”. Mereka memang tidak bisa melihat kenyataan bahwa Yesus itu sejatinya Tuhan. Jadi, mereka mencari Yesus bukan untuk memuji dan memuliakan Dia. Artinya, mereka mencari Tuhan karena masalah ekonomi, masalah uang.

Beragam motivasi

Yesus melakukan mukjizat atau tanda-tanda, supaya orang-orang bisa mengerti dan mengenal Allah dalam Dia. Tetapi mereka memang bukan mencari itu. Sementara, perempuan Samaria (Yohanes 4), menemukan dan tahu bahwa Dia-lah Mesias, anak Allah yang hidup. Tetapi banyak orang mencari Yesus yang bisa kasih makan. Yang mereka cari adalah roti yang bisa mengenyangkan perut. Dalam Yohanes 6: 36 dikatakan, “Tetapi Aku berkata kepadamu, sungguh pun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya”. Artinya, orang bisa beragama karena berbagai kondisi, misalnya karena frustrasi, sakit, dan sebagainya. Mereka beragama dalam kepalsuan. Dalam Alkitab, banyak contoh orang yang keberagamaannya “asli”, seperti perempuan Samaria tadi. Yang palsu juga banyak. Contohnya, orang-orang yang menyalibkan Yesus, mereka adalah ahli-ahli Taurat, yang lebih mengerti tentang agama.

Di gereja, banyak orang berdalih mencari Yesus, namun sejatinya mereka hanya mencari roti yang dibuat-Nya. Mereka mencari Yesus untuk mengenyangkan perut, untuk memuaskan kebutuhan. Tapi mereka tidak bisa menipu Yesus yang bisa melihat hati dan membongkar kepalsuan beragama yang tumbuh subur masa kini. Orang dengan segudang motivasi bisa ada di gereja. Mereka bisa menaikkan doa-doa yang tampak-nya muluk dan luar biasa. Orang-orang ini, tingkat kerajinannya amat mengagumkan. Karena apa? Karena memang punya kepentingan perut. Maka mereka pun “rajin” mencari Kristus. Tampaknya indah. Tetapi mereka mencari Yesus supaya perut mereka terisi, ekonomi terjamin, kenyang dan puas. Keberagamaan yang ujung-ujungnya perut, suatu hal yang berbahaya dalam kehidupan jemaat. Realita persoalan perut, ekonomi ini terus bergulir dari masa ke masa, tak bisa dihindari. Jangankan pada jaman sekarang yang sangat modern, di jaman Yesus pun sudah ada motivasi palsu dalam beragama.

Maka perut-perut yang lapar ini menciptakan kepalsuan. Dan bukan hanya demi perut, demi status sosial, orang bisa melakukan banyak cara. Akhirnya kesaksian palsu pun banyak mengalun untuk uang! Kesulitan-kesulitan direkayasa. Penipuan–penipuan dengan dalih persoalan kesulitan kehidupan yang mengatasnamakan Yesus muncul di gereja. Hal semacam ini sudah jadi mainan, dan tidak lagi menimbulkan rasa takut. Celakanya banyak orang Kristen tertipu karena tidak lagi peka mendengar suara Allah. Ini sangat menakutkan, karena ternyata bukan hanya kesaksian, khotbah pun bisa diperjualbelikan.

Teguran keras terhadap orang Israel di masa lampau, kiranya bisa kita cermati sebagai teguran keras Yesus kepada kita. Jangan mencari Kristus hanya karena bangkrut. Jangan mencari Kristus hanya karena perlu jaminan keuangan atau tertimpa persoalan bisnis. Seriuslah beragama, jangan sampai Tuhan berkata, “Kalian bukan mencari Aku, tetapi mencari roti yang sudah membuat perutmu kenyang. Kalian tidak mencari Aku, karena sekalipun kalian mencari dan melihat Aku, kalian tidak percaya”. Hati-hati!

Tidak ada komentar: