Kamis, 24 April 2008

Senyum

Beberapa waktu yang lalu, saya dan isteri saya pergi ke suatu gereja di luar kota. Ketika kami dalam perjalanan pulang isteri saya bertanya, "Apakah kamu perhatikan ada sesuatu yang tidak biasa pada orang-orang di gereja tadi?" Saya belum memahami yang ia maksud. Ia menjelaskan, "Tak ada orang yang tersenyum." Setelah saya merenung sejenak saya mengiakan, memang begitu. Semuanya serba kaku baik pada nyanyian maupun pada khotbah. Bahkan ketika jemaat saling bertemu selesai kebaktian terasa sunyi.

Pengalaman ini mengingatkan saya pada suatu kolom di suratkabar yang ditulis oleh Erma Bombeck beberapa tahun yang lalu. Ia duduk di gereja beberapa baris di belakang seorang ibu dan anaknya yang masih kecil. Anak itu menghadap ke belakang dan tersenyum pada setiap orang di belakangnya. Dan setiap orang membalas senyuman itu. Kemudian si ibu menyadari yang dilakukan anaknya. Ia memalingkan mukanya ke anak itu seraya berbisik, namun semua orang dapat mendengar, "Jangan senyum-senyum saja. Kamu sekarang berada di gereja."


Senyum tidak memerlukan biaya, tetapi memberikan sangat banyak. Itu memperkaya yang menerima, tanpa membuat yang memberi lebih miskin. Itu hanya terjadi sesaat, tetapi kesan yang diberikan kadang-kadang berlangsung selamanya. Tak ada orang yang merasa sedemikian kaya atau kuat tanpa itu, tetapi tak ada orang yang merasa sedemikian miskin hingga tidak bisa diperkaya olehnya. Sebuah senyuman memberikan kebahagiaan di rumah, membangkitkan kemauan dalam bisnis, dan menandai persahabatan. Itu memberikan kedamaian bagi yang letih, membangkitkan semangat yang berputus asa, cahaya surya bagi yang sedih, dan obat alami bagi yang bermasalah. Namun senyum tidak bisa dibeli, diminta, dipinjam, atau dicuri, karena itu adalah sesuatu yang tidak bernilai pada siapa pun kecuali kalau diberikan. Beberapa orang sangat kikir memberikan senyum pada Anda. Berikan pada mereka senyum Anda, karena tak ada yang begitu memerlukan sebuah senyuman seperti dia yang telah kehabisan untuk memberinya.


Holiday Inn, ketika mencari 500 orang untuk mengisi jabatan untuk sebuah fasilitas baru, mewawancarai 5000 calon. Manajer hotel yang mewawancarai orang-orang itu menyampingkan semua calon yang tersenyum kurang dari empat kali selama wawancara. Ini juga berlaku untuk semua orang yang mencari pekerjaan di semua bidang.

Tidak ada komentar: