Kamis, 24 April 2008

Alat Ukur Iman Bukan Aktivitas


DALAM Injil Matius 13: 1-9 Yesus berkhotbah tentang benih yang ditabur. Benih yang jatuh di pinggir jalan akan dimakan burung sampai habis. Benih yang jatuh di tempat berbatu dan tanahnya tipis, akan tumbuh namun segera mati karena tidak berakar. Sementara benih yang jatuh di tanah yang baik akan berbuah puluhan atau ratusan kali lipat. Dari perumpamaan ini kita menemukan suatu fakta yang dikatakan Tuhan Yesus, yaitu tentang orang yang datang untuk mendengar firman tentang kerajaan sorga.

Ada orang yang sering mendengar firman Tuhan. Dalam arti dia rajin ke gereja, aktif di persekutuan. Di mata orang lain, aktivitas kerohaniannya bagus. Penilaian ini makin diperkuat oleh anggapan selama ini bahwa orang yang sering terlibat dalam persekutuan ibadah itulah yang baik. Padahal belum tentu juga. Sering terjadi, bahwa di antara orang yang duduk mendengarkan firman Tuhan itu, ternyata ada yang tidak mengerti tentang kebenaran firman itu. Mereka hanya mendengar tetapi tidak mengerti. Apa yang dibicarakan tentang kerajaan sorga, atau apa sebenarnya yang dituntut Allah dalam hidup, mereka tidak mengerti.

Sebagai orang beragama dia beribadah. Karena dia seorang Kristen, maka dia ke gereja. Tetapi Alkitab mengatakan orang-orang seperti ini belum dapat dikatakan sebagai seorang Kristen. Karena Kristen sebenarnya mempunyai arti yang sangat indah, yakni Kristus kecil, atau pengikut Kristus. Bila seseorang disebut Kristen hanya karena agamanya, itu sah-sah saja, karena itu berupa identitas atau pengenal. Kalau seseorang disebut Kristen hanya karena dia ke gereja, itu pun sah-sah saja karena gereja adalah tempat ibadah orang Kristen. Persoalannya, apakah dia Kristen di hadapan Tuhan, ini yang jadi masalah dan pergumulannya.

Orang yang mendengar firman tentang kerajaan sorga, tetapi tidak pernah mengerti, pada dasarnya hanya menjadi penggembira. Ke gereja hanya untuk memuaskan diri, bukan mau memuaskan Tuhan. Dia tidak peduli firman yang diberitakan itu seperti apa, bisa dipertanggungjawabkan atau tidak. Yang penting enak didengar, dan membuat senang. Dia tidak punya suatu standar bahwa firman Tuhan ini adalah yang sesuai dengan Alkitab. Orang ini beribadah hanya karena dia seorang Kristen. Dia selalu duduk untuk mendengarkan firman Allah, karena dia ingin disebut sebagai orang yang beragama, seorang yang percaya pada Tuhan. Dia tidak mau disebut orang kafir. Dia perlu suatu status keagamaan.

Melihat kuantitas aktivitas rohaninya yang tinggi, dari persekutuan satu ke persekutuan lain, dari gereja satu ke gereja lain, orang lain mungkin sangat kagum padanya. Di gereja bisa saja dia terlihat sangat rohani, namun di tempat kerja langsung “lupa” kalau dia seorang Kristen. Sepak terjangnya bahkan membuat orang bertanya-tanya, “Dia ini kan rajin beribadah atau ikut persekutuan. Tapi hidupnya tidak karu-karuan, tidak mencerminkan kebenaran firman Tuhan.” Kenapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya sederhana, karena apa yang dia kerjakan tidak lebih dari hanya aktivitas. Inilah yang disebut sebagai iman aktivitas.

Berani mengoreksi

Iman aktivitas adalah iman yang tidak sejati, yang hanya terikat pada tradisi kekristenan. Dia hanya menjalankan kewajiban keagamaan pada waktu beribadah. Tetapi waktu masuk ke ruang kerja, waktu bertemu dunia, dia langsung berubah dan kembali menyerupai bentuk aslinya. Berapa banyak orang yang menggunakan topeng seperti ini di dalam gereja, dan berapa banyak pula pendeta yang tertipu oleh model iman seperti ini. Orang-orang ini hanya ingin mendapatkan pengakuan keagamaan supaya disebut orang beriman, dan bahkan mungkin akan mau membayar berapa pun untuk status ini supaya orang kagum pada dia.

Oleh karena itu kita perlu keberanian mengoreksi keberadaan diri kita. Kita perlu berani jujur di hadapan Tuhan yang tahu hati dan pikiran kita, yang tahu kualitas kita. Itu sebab DIA berkata, “Orang-orang itu adalah orang yang mendengarkan firman tentang kerajaan sorga tetapi tidak mengerti.” Perlu keberanian dari gereja untuk menegur dan mengingatkan jemaat. Sampaikan dengan cinta supaya dia tidak terjebak dalam iman aktivitas, yang hanya sekadar mengejar status keagamaan.

Iman aktivitas sering menjadi batu sandungan, bukan menolong tetapi menjatuhkan kekristenan. Di sini kita perlu hati-hati, dan memerhatikan bagaimana kita di tempat kerja. Beranikah kita mempertaruhkan seluruh hidup di dalam iman kepada Anak Allah? Beranikah kita bertindak dan berperilaku seperti yang menjadi tuntutan dan kehendak-Nya? Atau sebaliknya, apakah kita punya standar dan keyakinan sendiri sehingga melakukan yang kita sukai? Apakah kita juga terjebak pada konsep dan cara yang sama sehingga kita menjadi orang-orang Kristen yang pergi ke gereja demi identitas kekristenan, atau demi kewajiban keagamaan?

Oleh karena itu jangan main-main, jangan hanya sekadar menjalankan panggilan keagamaan maka kita beribadah. Tetapi di sanalah kita akan bertemu secara pribadi dengan DIA, berdialog dengan DIA yang tahu hati dan pikiran kita. Berdoalah, minta tolong agar Tuhan membersihkan hati dan pikiran kita.

Hidup Kudus

Hidup Kudus

1 Petrus 1:13-17

Bagaimana agar masyarakat tahu bahwa Yesus adalah Tuhan? Adalah dengan menerapkan kehidupan kita sebagai orang percaya hidup menurut standard atau cara yang Tuhan tentukan untuk hidup kudus (ayat 15; hendaklah kamu kudus sebab Aku kudus).

Ada 2 mitos yang salah yang terjadi saat ini sehingga umat Tuhan tidak hidup dalam kekudusan yaitu:

  1. Merasa tidak yakin dan bahwa manusia dapat hidup kudus karena manusia adalah mahluk pendosa atau selalu cenderung hidup dalam dosa.
  2. Hidup kudus adalah hidup yang aneh: Bahasa Roh, pakaian putih, istilah-istilah rohani.

Ada 3 kunci yang harus kita miliki agar kita dapat menjalankan hidup kudus:

  1. Jaga dan siapkan akal budimu dengan hikmat dari Allah (Yak.3:13). Apa yang menguasai pikiran kita akan menguasai kita, contoh istri potipar dikuasai roh perzinahan maka ia ingin berzinah dengan Yusuf. Jadi pastikan bahwa kita dikuasai oleh Roh Kudus bukan roh setan.
  2. Tundukkan diri dengan Firman Tuhan (1 Kort.10:23 dan 31). Exercise of control. Segala sesuatu boleh, berguna untuk membangun dan memuliakan Tuhan. Contoh: Gelas kotor yang dikocorin air di wastafel maka gelas tersebut akan bersih.
  3. Andalkan kasih karunia Allah artinya kita melakukan hidup kudus hanya dengan kekuatan dari Allah. (1 Pet 1:13). Hidup semakin dekat dengan Allah. Batam/Bila Anda Tiba Amoi Menanti.
  4. Lupakan hidup yang lama dan berpaling pada Yesus(Filipi 3:13-14).

Pertanyaan:

  1. Jika Allah menghendaki kita agar hidup kudus, tindakan apa yang kita lakukan untuk merespon firman-Nya?
  2. Hal-hal apa yang membuat seseorang hidup dalam kedagingan sehingga ia tidak mau meninggalkan jalan hidupnya yang ia tahu bahwa hal itu tidak berkenan dihadapan Tuhan? (Rentenir, kumpul kebo, narkoba, alkohol dll.)
  3. Ada orang yang mengatakan sebenarnya saya ingin hidup kudus/hidup seperti yang Tuhan kehendaki, tetapi ngak bisa! Bagaimana tindakan atau bimbingan yang kita lakukan untuk orang tersebut? (Yak 4:17).

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)

Bahagia, Dekat dengan Tuhan

Beragam definisi tentang “kebahagiaan”. Stoa yang hidup di Yunani ratusan tahun silam, misalnya, berpendapat bahwa kebahagiaan diperoleh melalui penderitaan secara terus-menerus. Kebahagiaan kita peroleh jika kita kuat menderita. Dengan kata lain, bagi Stoa, kebahagiaan itu ada pada penderitaan. Artinya, orang harus berani menderita tetapi dalam konteks askese (menyiksa diri). Penyiksaan diri pada tingkat tertentu akan membawa orang menemukan kebahagiaan, demikian pendapat Stoa. Sementara, pemikir lain, Epicuros mengatakan hal yang sebaliknya, bahwa kebahagiaan itu adalah kenikmatan inderawi. Artinya, semua hal yang bisa menye-nangkan tubuh, boleh saja dinikmati, sebab itulah yang disebut dengan kebahagiaan. Selanjutnya pemikiran Epicuros ini berkembang hingga melahirkan istilah hedo-nisme. Dewasa ini, hedonisme identik dengan gaya hidup penuh hura-hura, pesta pora, drugs (narkoba), dan segala hal yang dapat menyenangkan tubuh. “Dengan menikmati ini semua, kita menemukan kebahagiaan,” kata Epicuros.

Belakangan, pemikiran Stoa (stoaisme), tidak terlalu mendapat tempat di tengah-tengah kehidu-pan karena hanya “menjual” penderitaan. Semakin modern kehidupan, semakin tersingkir pula pemikiran Stoa, karena banyak yang berpendapat, stoaisme lebih cocok bagi manusia-manusia jaman dulu, atau orang yang sedang bertapa. Sebaliknya pemikiran Epicuros lebih laku, karena produk di jaman yang semakin maju ini adalah produk hura-hura dan pesta pora. Maka hedonisme di era modern ini adalah konsep pikir yang sangat populer, khususnya di kalangan anak-anak muda. Belakangan, kaum tua pun ternyata banyak yang bersikap sami mawon (sama saja) dengan kaum muda dalam hal menyikapi gaya hidup serba enak seperti yang digagas oleh Epicuros ini.

Kebahagiaan Berdasarkan Alkitab
Lalu, bagaimana kebahagiaan itu menurut pemahaman Kristen? Kebahagiaan atau kesenangan menurut Alkitab, sebetulnya adalah menyangkut posisi, yaitu di mana kita di hadapan Tuhan. Sebuah ilustrasi: jika disuruh memilih, semua orang tentu ingin sehat dibanding sakit. Sebab orang pada umumnya beranggapan bahwa kebahagiaan ada pada saat kita sehat. Dengan kata lain, orang yang sedang sakit tidak mungkin merasakan kebahagiaan. Tetapi jangan lupa, ada orang yang saking sehatnya jadi gemar berbuat dosa. Sementara orang yang sakit-sakitan, karena kondisinya yang sakit-sakitan itu, dia selalu berdoa kepada Tuhan. Dalam ketidakberdayaannya, dia semakin dekat, semakin akrab dengan Tuhan di dalam doa dan perenungannya. Jadi, masalah kebahagiaan itu bukan pada kondisi sehat atau sakit, tetapi seperti apa posisi kita di hadapan Tuhan: bersama dengan Tuhan atau beroposisi dengan Tuhan?

Tetapi banyak orang Kristen sering memperlihatkan mental payah, murahan, sangat jauh dari ajaran Alkitab. Orang-orang bermental seperti ini yang juga selalu sibuk dalam mencari kebahagiaan, mengartikan keba-hagiaan itu hanya sebatas sehat. Bagi mereka, sakit itu adalah sesuatu yang terkutuk, dosa. Sedangkan kemiskinan merupakan aib, dan seterusnya. Terhormatlah mereka yang miskin di dalam kejujuran daripada kaya dengan cara yang tidak benar.

Memang adalah hal yang sangat membahagiakan kalau kita sehat dan ikut Tuhan. Hidup dalam kondisi ekonomi yang berke-limpahan (kaya), dan memuliakan Tuhan, adalah sikap yang sangat tepat. Tuhan tidak anti terhadap kekayaan atau kemiskinan, tetapi jangan mendiskreditkan orang miskin dan orang sakit sebagai orang yang tidak beriman dan berdosa. Ingat, posisi di hadapan Tuhan, itu yang paling penting dalam menilai seseorang itu berbahagia atau tidak.

Rasa bahagia juga adalah aktualisasi daripada iman itu sendiri. Kalau kita memang seorang yang beriman, hal itu harus ter-aktualisasi. Wujudnya bagaimana? Kita berjalan dalam pengharapan menuju kepada kenyataan sampai akhirnya meraih kemenangan. Kebahagiaan bukan terletak pada saat kita menerima, tetapi pada waktu kita memberi. Itulah sebabnya orang yang miskin itu belum tentu kurang merasa berbahagia dibandingkan dengan orang yang kaya.

Banyak orang kaya tidak mampu memberi dalam jumlah yang cukup, sebab dia cuma bisa “berhitung” saja. Sebab dalam memberikan sesuatu, dia juga menuntut penghormatan. Rasa-nya tidak salah untuk mengatakan orang semacam ini sebagai gila hormat. Dia tidak merasa puas jika tidak dihormati orang lain. Dalam rangka ingin dihormati, orang seperti ini tidak merasa rugi menghambur-hamburkan duit ke segala penjuru, membagi-bagi uang ke sana ke mari. Jika uangnya habis, sirna pula rasa kehorma-tannya. Sungguh suatu kebodo-han memang. Sebaliknya, tidak sedikit orang miskin, namun berusaha memberikan apa yang bisa diberikannya. Mungkin bukan uang atau hal-hal berupa materi yang bisa dia berikan, tetapi waktu, kesetiaan, kualitas diri, sikap bisa dipercaya, dan sebagainya. Di dalam kekristenan, bahagia dan menderita adalah paradoks yang absolut dan ada dalam kehidupan. Kebahagiaan ini kita dapatkan justru karena kita berani menyangkal diri. Tetapi menurut teori orang-orang umum, penyangkalan diri adalah sebuah penderitaan dan kehilangan. Tetapi bagi kita, menyangkal diri justru suatu kehormatan, sebab di sanalah letak kebahagiaan itu. Suatu paradoks, memang. Jadi keberhasilan memikul salib di dalam kehidupan kita oleh karena anugerah dan pertolongan Tuhan, itulah kebahagiaan kita.

Kebahagiaanlah yang membuat kita tersenyum sekali pun kita berada di dalam kesulitan yang luar biasa. Realita semacam ini yang memang banyak ditemui. Tetapi ini merupakan kemenangan iman Kristen yang paling solid dan paling kuat. Karena itu, di tengah-tengah perjalanan hidup, sebagai seorang pekerja misalnya, janganlah kita terlalu terikat kepada fenomena-fenomena kesulitan hidup. Teroboslah segala kesulitan itu, dan bertarunglah secara elegan. Jangan cengeng. Jangan melarikan diri dari pertarungan yang sedang kita alami.

Bebas dari Kekuatiran

Khawatir: Takut (gelisah, cemas) terhadap sesuatu yang belum diketahui dengan pasti. Kekhawatiran adalah perasaan khawatir atau ketakutan.

A. Hal yang kita alami bila Tuhan menjadi gembala:

Kita tidak akan kekurangan

TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (Mazmur 23:1)

B. Hidup bebas dari kekuatiran.

Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang (Mazmur 23:2)

Domba hanya akan berbaring bila tidak merasa kuatir:

1. Mereka bebas dari rasa takut

2. Mereka tidak kelaparan dan kehausan

3. Tidak ada ketegangan diantara kawanan domba

(Phillip Keller seorang hamba Tuhan dan peternak domba di Afrika Timur)

C. Hal yang dapat kita harapkan dari Sang Gembala:

1. Perlindungan-Nya

2. Pemeliharaan-Nya

3. Tuntunan-Nya

D. Hal yang perlu kita lakukan untuk mengalami berkat-Nya

1. Terima Yesus sebagai Tuhan

Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-KU mengenal Aku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku. (Yohanes 10:14,27)

2. Percaya bahwa Tuhan akan memelihara hidup kita

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. (1 Petrus 5:7)

3. Serahkan segala kekuatiran kepada Tuhan

“Karena itu Aku berkata kepadamu: janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan jangan kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” (Matius 6:25-26).

Beragama dalam Kepalsuan

Tidak bisa dipungkiri jika ada orang yang punya motivasi tertentu dalam beragama. Ini perlu dibedah supaya kita

Ucapan itu dilatarbelakangi peristiwa ketika Yesus memberi makan 5.000 orang hanya dengan lima roti dan dua ikan. Mukjizat itu memang membuat perut orang-orang yang hadir menjadi kenyang. Di lain sisi, hal itu memberi kesan tersendiri, yakni makan gratis. Kesan lainnya: ternyata ikut Tuhan tidak lapar. Di sini terlihat aktivitas keagamaan yang sangat menarik, di mana orang-orang mencari dan menemukan Yesus di seberang laut. Bagi mereka, Kristus tampak sebagai sesuatu yang sangat indah dan luar biasa. Untuk mencari Yesus, mereka meninggalkan aktivitas, keluarga, dan lain-lain.

Ini kegiatan keagamaan yang patut dipuji. Saat mencari Yesus mereka tampak beragama. Tetapi Yesus tidak memuji. Sementara gereja masa kini tentu akan berterimakasih dan memuji jemaat yang terus datang mencari Tuhan, sekalipun pencarian itu dilatari dua kemungkinan: palsu atau asli, atau ada selubung tertentu. Tapi gereja memang bukan Tuhan. Gereja tidak peka seperti Yohanes Pembaptis, yang tahu kepalsuan hati orang-orang yang mau dibaptis itu, maka dia pun menghardik, “Pulang kau ular-ular beludak!”

Orang zaman sekarang memang kurang peka dibanding para rasul. Mungkin itu sebabnya kita mudah menipu dan tertipu dalam konteks beragama. Tetapi yang namanya asli atau palsu bisa dikenali Tuhan, sehingga Ia berkata (ayat 26), “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencariku bukan karena telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang”. Mereka memang tidak bisa melihat kenyataan bahwa Yesus itu sejatinya Tuhan. Jadi, mereka mencari Yesus bukan untuk memuji dan memuliakan Dia. Artinya, mereka mencari Tuhan karena masalah ekonomi, masalah uang.

Beragam motivasi

Yesus melakukan mukjizat atau tanda-tanda, supaya orang-orang bisa mengerti dan mengenal Allah dalam Dia. Tetapi mereka memang bukan mencari itu. Sementara, perempuan Samaria (Yohanes 4), menemukan dan tahu bahwa Dia-lah Mesias, anak Allah yang hidup. Tetapi banyak orang mencari Yesus yang bisa kasih makan. Yang mereka cari adalah roti yang bisa mengenyangkan perut. Dalam Yohanes 6: 36 dikatakan, “Tetapi Aku berkata kepadamu, sungguh pun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya”. Artinya, orang bisa beragama karena berbagai kondisi, misalnya karena frustrasi, sakit, dan sebagainya. Mereka beragama dalam kepalsuan. Dalam Alkitab, banyak contoh orang yang keberagamaannya “asli”, seperti perempuan Samaria tadi. Yang palsu juga banyak. Contohnya, orang-orang yang menyalibkan Yesus, mereka adalah ahli-ahli Taurat, yang lebih mengerti tentang agama.

Di gereja, banyak orang berdalih mencari Yesus, namun sejatinya mereka hanya mencari roti yang dibuat-Nya. Mereka mencari Yesus untuk mengenyangkan perut, untuk memuaskan kebutuhan. Tapi mereka tidak bisa menipu Yesus yang bisa melihat hati dan membongkar kepalsuan beragama yang tumbuh subur masa kini. Orang dengan segudang motivasi bisa ada di gereja. Mereka bisa menaikkan doa-doa yang tampak-nya muluk dan luar biasa. Orang-orang ini, tingkat kerajinannya amat mengagumkan. Karena apa? Karena memang punya kepentingan perut. Maka mereka pun “rajin” mencari Kristus. Tampaknya indah. Tetapi mereka mencari Yesus supaya perut mereka terisi, ekonomi terjamin, kenyang dan puas. Keberagamaan yang ujung-ujungnya perut, suatu hal yang berbahaya dalam kehidupan jemaat. Realita persoalan perut, ekonomi ini terus bergulir dari masa ke masa, tak bisa dihindari. Jangankan pada jaman sekarang yang sangat modern, di jaman Yesus pun sudah ada motivasi palsu dalam beragama.

Maka perut-perut yang lapar ini menciptakan kepalsuan. Dan bukan hanya demi perut, demi status sosial, orang bisa melakukan banyak cara. Akhirnya kesaksian palsu pun banyak mengalun untuk uang! Kesulitan-kesulitan direkayasa. Penipuan–penipuan dengan dalih persoalan kesulitan kehidupan yang mengatasnamakan Yesus muncul di gereja. Hal semacam ini sudah jadi mainan, dan tidak lagi menimbulkan rasa takut. Celakanya banyak orang Kristen tertipu karena tidak lagi peka mendengar suara Allah. Ini sangat menakutkan, karena ternyata bukan hanya kesaksian, khotbah pun bisa diperjualbelikan.

Teguran keras terhadap orang Israel di masa lampau, kiranya bisa kita cermati sebagai teguran keras Yesus kepada kita. Jangan mencari Kristus hanya karena bangkrut. Jangan mencari Kristus hanya karena perlu jaminan keuangan atau tertimpa persoalan bisnis. Seriuslah beragama, jangan sampai Tuhan berkata, “Kalian bukan mencari Aku, tetapi mencari roti yang sudah membuat perutmu kenyang. Kalian tidak mencari Aku, karena sekalipun kalian mencari dan melihat Aku, kalian tidak percaya”. Hati-hati!

Emosi yang Sehat

Emosi adalah:
1. Luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat
2. Keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan keharuan, kecintaan dan lain sebagainya.

  1. Hidup dalam emosi yang sehat

Ia menyegarkan jiwaku. (Mazmur 23:3)

Jiwa adalah bagian dari manusia yaitu kehidupan batin manusia yang terdiri dari perasaan, pikiran, angan-angan, tindakan dan sebagainya.

  1. Bentuk emosi yang terganggu

Salah satu gejala umum dari gangguan emosi adalah merasa diri tidak berharga (David A Seamands)

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat dr. Yudi Prayuda pada September 2005 menyatakan bahwa 27% penduduk Jawa Barat mengalami gangguan kejiwaan dari gangguan yang ringan seperti susah tidur, sakit pencernaan, pusing-pusing, darah tinggi sampai yang harus dirawat karena gangguan kejiwaan berat. Artinya diantara empat orang penduduk di Jawa Barat didapati satu orang yang jiwanya sedang terganggu.

  1. Dua penyebab utama rasa rendah diri yaitu:

1. Mengukur harga diri berdasarkan prestasi

    1. Mengukur harga diri berdasarkan pujian

Dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.” Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: “Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya.” Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud. (1 Samuel 18:7-9)

Berlaksa-laksa adalah berpuluh-puluh ribu. Pujian kepada Daud ini yang membuat Saul mendengki terhadap Daud sebab Saul mengukur harga diri dengan prestasi dan pujian. Mendengki menunjukkan bahwa emosi Saul sedang tidak dalam keadaan sehat.

  1. Akibat dari rasa rendah diri
    1. Menghalalkan berbagai cara untuk mencapai keberhasilan
    2. Tidak berani untuk melakukan usaha apapun
    3. Mencoba untuk menyenangkan hati semua orang secara tidak sehat (Kompromi dengan dosa)
    4. Menarik diri dari pergaulan

  1. Yang dilakukan oleh Sang Gembala

Ia menerima setiap domba-Nya apa adanya.

Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikian firman Tuhan Allah. Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya. (Yehezkiel 34:15-16)

Home Improvment

Home Improvment
Meningkatkan Rumah Tangga (Filipi 2:1-11)

1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!


Home improvmeant atau meningkatkan rumah tangga artinya meningkatkan hubungan antara orang-orang yang ada dalam sebuah rumah tangga, bukan meningkatkan kualitas bangunannya.

Ayat firman Tuhan diatas ini biasanya dipakai dalam khotbah tentang karya pengorbanan dan penebusan Tuhan Yesus kepada umat manusia. Tapi pada kesempatan ini saya mencoba untuk melihatnya dari sisi yang lain yaitu bagaimana meningkatkan hubungan dalam sebuah keluarga.
Keluarga adalah organisasi atau unit yang pertama yang Tuhan ciptakan dalam kitab Kejadian 2 dan keluarga adalah gabungan dari beberapa orang, bapa, ibu dan anak yang “unik” karena memiliki sifat dan karakter yang berbeda.

Ada 3 prinsip yang harus ada dan dilaksanakan agar terjadi peningkatan dalam rumah tangga yaitu:
1. Setiap anggota keluarga memiliki tujuan bersama.
- setiap anggota keluarga terikat dengan peraturan, contoh: kita tidak boleh menentukan waktu berliburan karena kita terikat dengan peraturan libur sekolah dan libur kantor.
- Cita-cita suami, cita-cita istri, cita-cita anak berada dalam lingkup tujuan keluarga.
- Harus ada yang mau berkorban untuk tercapainya tujuan bersama artinya mengalah untuk kepentingan bersama.

2. Setiap anggota keluarga mengikuti aturan-aturan yang ada dengan tujuan mencapai tujuan bersama. (Kolose 3:18; Efesus 4 dan 1 Petrus 3). Ayat-ayat diatas dibuat untuk dijalankan dalam aturan yang ada agar tidak egois/atruism.

3. Setiap anggota keluarga harus dapat saling mendengar/ listen not hear, setiap aspirasi dari anggota keluarga.
- Membuat program harus dengan demokrasi
- Leadership yang benar adalah dengan cara Theokrasi yaitu mendengar apa kata firman Tuhan dan juga demokrasi yaitu mendengar suara keluarga.
4. Setiap anggota keluarga harus bertanya dan berusaha mementingkan yang utama dalam keluarga, tidak egois.

Ilustrasi:
Urutan prioritas, Masukkan Batu, Kerikil, pasir dan kemudian air maka sebuah ember akan penuh. Jika salah dalam memasukkan yang utama maka ember akan menjadi penuh padahal masih ada yang belum dimasukkan.

Kenyataan:
Sulit untuk tidak egois karena untuk menadi egois itu mudah dan
Sulit untuk menjadi rendah hati karena untuk menjadi sombong itu mudah.

Kesimpulan:
Untuk menjadi keluarga atau rumah tangga yang sukses atau ruma tangga yang memiliki peningkatan dalam hubungan maka semuanya proses yang ada harus dilewati.

Ilmuwan menemukan TUHAN


Setelah melakukan studi tentang alam semesta sepanjang hidupnya, salah satu kosmolog dunia terkemuka telah menemukan Tuhan. Dalam salah satu artikel belum lama ini yang berjudul “Ilmu menemukan Tuhan” (20 Juli 1998), majalah Newsweek menuliskan: “Makin dalam seorang ilmuwan mempelajari rahasia alam semesta, Anda berharap, makin jauh Tuhan dari hati dan pikirannya. Tetapi tidak demikian halnya dengan yang terjadi pada Allan Sandage.” Begitu juga bukan demikian yang terjadi pada banyak ilmuwan – yang makin hari jumlahnya makin banyak.

Sandage, yang mengaku “penganut paham atheisme sejak kecil,” menerima kenyataan tentang adanya Tuhan ketika ia berumur 50 tahun setelah melakukan studi tentang alam semesta. “Adalah ilmu pengetahuan yang mendorong saya sampai pada kesimpulan bahwa alam semesta jauh lebih rumit dari yang bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan,” komentar Sandage. Sandage adalah satu dari banyak atheis yang dibawa oleh ilmu pengetahuan menjadi percaya Tuhan.

Banyak ilmuwan terkemuka, yang memiliki pemikiran terbuka dan berkemauan menemukan kebenaran pada akhirnya berada pada posisi seperti Sandage. Artikel Newsweek menyebut beberapa di antaranya. Ilmuwan mulai dari Don Page, yang banyak bekerjasama dengan fisikawan terkemuka seperti Stephen Hawking, hingga pemenang hadiah Nobel fisika Charles Townes, menerima bukti bahwa alam semesta harus memiliki Pencipta. Orang mungkin bertanya, “Bila Tuhan ada, siapakah Tuhan itu?” Melalui telaah yang rinci, Pencipta alam semesta haruslah Tuhan yang disebut di Alkitab.

Tujuan dari Pernikahan

Janji Kepada Istri

Apakah sebenarnya tujuan dari pernikahan?

Pertanyaan itu dilontarkan dalam sebuah pertemuan konseling pranikah. Beberapa orang bilang bahwa tujuan menikah seharusnya adalah untuk memuliakan Tuhan. Saya tidak bisa membantahnya, tapi …..menurut saya itu bukan tujuan spesifik dari menikah, karena memuliakan Tuhan bukan cuma tujuan menikah, tapi tujuan hidup, baik itu saat kita bekerja, sekolah, beraktifitas, tidur, bernapas.
Kita menikah bukan hanya untuk memperoleh keturunan, karena jika sampai Tuhan tidak memberikan keturunanpun kita akan tetap mempertahankan permenikahan.

Kita menikah bukan hanya untuk mencari kebahagiaan, karena kalau tidak sampai bahagiapun kita akan tetap bersama pasangan kita.

Kita menikah bukan untuk seks karena tanpa itupun kita akan tetap bersama.

Seks, keturunan, dan kebahagiaan bukanlah tujuan pernikahan, itu semua adalah hadiah dari Tuhan.

JANJI PERNIKAHAN: Kami akan tetap bersama, ya…itulah tujuan kita menikah. Bukankah jelas terucap dalam janji pernikahan? Dalam suka dan duka, kelimpahan dan kekurangan, sehat dan sakit? Hanya kematian yang bisa memisahkan. Dan itu bukan basa-basi. Kami akan merasakan semua proses, semua petualangan, semua pengalaman, semua masalah, semua kebahagiaan, semua penderitaan, semua berkat bersama.
So, bagi pasangan yang mungkin sedang berpikir untuk bercerai, ingatlah apa yang saudara ikrarkan di hadapan Tuhan dan jemaat saat pemberkatan nikah. Bukankah hanya kematian yang bisa memisahkan?

Pembentukan Karakter
Pada dasarnya pernikahan yang baik akan membentuk suatu karakter yang baik di dalam diri pasangan suami istri. Untuk sepasang pria dan wanita bisa saling mencintai dan melayani, butuh pembentukan karakter dari keduanya.

Jadi?
Apakah masih ada hidup pernikahan yang indah? Ya, tentu saja masih ada! Pernikahan yang indah terjadi bukan karena pasangan itu sama-sama sempurna, tapi karena mereka adalah pasangan yang tidak sempurna, namun mau saling belajar dan menjadikan setiap perbedaan sebagai suatu harmoni. Pernikahan kita akan semakin indah dan berarti ketika kita mempersiapkan diri dengan baik.

Contoh janji pernikahan klasik
Saya, ………., mengambilmu, ………… sebagai istri yang sah dan saya berjanji untuk setia mulai dari hari ini dan seterusnya, baik dalam keadaan susah maupun senang, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit. Saya akan mencintai dan menjagamu sampai kematian memisahkan kita. Inilah janji setiaku bagimu.

Contoh janji pernikahan yang dibuat secara pribadi
Aku, …………….mengambilmu, ……………..untuk menjadi partner dalam hidupku. Aku mencintai apa yang sudah aku ketahui tentangmu dan percaya bahwa aku dapat menerima apa yang belum aku ketahui tentangmu. Aku menunggu-nunggu saat dimana kita akan tumbuh bersama dan aku dapat mengenal dirimu di masa depan dan jatuh cinta sedikit lebih dalam setiap hari. Aku berjanji untuk mencintai dan menjagamu seumur hidupku apa pun yang terjadi.

Hawa tidak diambil dari kepala Adam sehingga ia menjadi penguasa atas Adam, tapi ia juga tidak diambil dari kakinya supaya menjadi budak Adam. Hawa diambil dari sisi Adam supaya ia menjadi teman yang setara dengan Adam (Eileen Power, Medieval People).

1 Petrus 3:17

Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.

1. Hidup Bijaksana Dengan Istri Sebagai Kaum Yang Lebih Lemah

Ada buku yang berjudul What Men Know About Women. Semua halamannya kosong! Kita sering mendengar pria yang frustrasi berkata, “Saya tidak bisa mengerti wanita!” Tetapi Rasul Petrus berkata, “hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu.” Ini sangat paradoks. Tuhan menyuruh pria untuk hidup bijaksana dengan istrinya—suatu pengertian akan nature dasar dan kebutuhan mereka—tapi sebagian besar pria sangat sedikit tahu tentang wanita.

Bisakah ini menjadi alasan kenapa pernikahan menjadi gagal?

Jika Tuhan berkata bahwa pria harus hidup bijaksana dengan istrinya, maka jelas mereka bisa tahu sesuatu tentang mereka, pendapat populer sekalipun! Hal pertama yang perlu mereka ketahui dinyatakan dalam ayat yang baru kita kutip: “Hormati istrimu, karena mereka kaum yang lebih lemah.

A. ” Wanita adalah kaum yang lebih lemah.

Itu tidak berarti wanita secara mental, moral, atau rohani lebih rendah, tapi secara fisik dia lebih lemah. Dia mungkin kurang terpengaruh akan penyakit dan mungkin memiliki jangka hidup yang lebih lama dari pria, tapi kenyataannya tetap wanita lebih lemah secara fisik. Tuhan menciptakannya seperti itu dengan tujuan agar yang lemah bergantung pada yang lebih kuat.

B. Karena istri secara fisik lemah, dia bergantung pada suaminya untuk perlindungan dan penyediaan.

Tugas pria adalah menyediakan makanan, pakaian, dan perlindungan, sementara istri dibuat Tuhan untuk mengandung anak dan menyediakan kebutuhan anak mereka dengan kasih dan perawatan yang dibutuhkan. Bagaimanapun keadaan yang diberikan Tuhan untuk menjalankan peran itu menyebabkan kelemahannya—emosinya. Seorang wanita kadang bergumul dengan perubahan mood yang tiba-tiba dan tidak bisa dijelaskan. Ini disebabkan oleh kimia hormone yang merupakan bagian darinya. Emosi yang seperti itu membuat dia bergantung pada pria yang diberikan Tuhan. Hal itu menekankan perkataan Tuhan pada Hawa: “engkau akan berahi kepada suamimu.” Dia mencarinya dengan suatu keinginan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Dia diciptakan untuk dia, dan hidupnya berpusat padanya. Tuhan ingin para suami untuk “hidup bijaksana dengan istri,” kemudian sesuai dengan itu, “hormati istri, sebagai kaum yang lebih lemah.” Tuhan yang menciptakan kebutuhan emosi dalam wanita ini bertujuan agar dipenuhi oleh suami.

Bagaimanapun, hal ini tidak menjadi alasan bagi suami dalam tanggung jawabnya terhadap istri. Cara Tuhan yang umum untuk memberikan keamanan dan kepuasan bagi wanita adalah melalui suaminya.

Bagaimana suami melakukan itu? Bagaimana setiap pria bisa memenuhi kebutuhan dasar wanita?

Ini mungkin terdengar terlalu menyederhanakan, tapi beberapa huruf bisa menjadi jawaban lengkap dari masalah kompleks ini. Tanggung jawab utama suami dalam pernikahan Kristen adalah mengasihi istrinya. “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” (Efsus 5:25) “Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.” “kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri.”5(Efesus 5:28) “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” (Kolose 3:19). Semua ayat ini membutuhkan agape, merupakan kasih tertinggi untuk terus memberi saat tidak ada balasan dan hanya untuk kebaikan orang yang dikasihi dengan pengorbanan pribadi.

Ayat ini memberikan pengertian baru dari pengajaran yang salah terhadap kepemimpinan pria. Kepemimpinan bukan pengajaran kejantanan yang dengan cerdik dibuat untuk menyombongkan ego suami. Kepemimpinan meliputi tugas suami untuk membangun suasana kasih dimana kebutuhan dasar istri bisa dipenuhi—Suatu lingkungan dimana istri bisa dengan bebas bertumbuh dan mengembangkan semua yang Tuhan harapkan. Ketaatannya adalah respon sukarela terhadap kepemimpinan kasih suami.

Kata kuncinya adalah respon

Wanita adalah responder. Ini peran seseorang yang bergantung pada orang lain. Bunga bergantung pada sinar matahari dan hujan; saat mereka mendapatkannya, mereka berespon dengan mengembang dengan indah. Inilah juga cara Tuhan membuat wanita. Dia berespon terhadap apa yang diterimanya. Jika dia menerima kritik, kekasaran, tidak peduli, kurang dihargai, atau kurang dikasihi, dia akan berespon dengan membela diri, seperti kepahitan, dingin, perlawanan atau ngomel. Sebagian wanita menjadi peminum atau membenamkan diri dalam kegiatan sosial.

Tapi jika wanita menerima kasih, dia akan berespon dengan kasih, dan akan mengembang dengan indah menjadi mahluk terindah. Saat pria menyatakan istrinya tidak mengasihinya lagi, dia menyatakan bahwa dia tidak mengasihi istrinya seperti seharusnya. Jika dia mengasihi istrinya, maka istrinya berespon dengan kasih juga. Seorang pria mendapatkan apa yang diberikan pada istri. Dia tidak bisa memaksa istri untuk mengasihi dia, tapi dia bisa menunjukan kasih pada istri dan menikmati respon kasih istrinya. Maka dari itu, tanggung jawab pernikahan yang berhasil terutama diletakan pada suami. Dia yang melakukan langkah pertama—yaitu mengasihi istrinya dengan kasih Kristus.

“Jika saja dia berhenti ngomel, saya bisa lebih mengasihinya.” Jika itu yang anda katakan, maka lakukan sebaliknya! Suami harus berinisiatif. Kasih marupakan prilaku mental yang diterima melalui tindakan kehendak manusia dari sumber segala kasih, Tuhan sendiri. Ini tidak bergantung pada kelayakan atau tindakan objek, tapi pada kasih Tuhan yang tidak berkesudahan dan tidak berubah. Seorang istri bisa menjadi manis atau masam; rumah bisa menjadi bersih atau kotor; makanan bisa jadi enak atau buruk; tapi semua itu seharusnya tidak mempengaruhi kasih suami. Dia mengasihi istrinya “seperti Kristus mengasihi gereja.” Kita mengetahui bahwa kasih Kristus bagi gereja tidak berasal dari hal indah yang dilihatNya dalam kita, tapi melalui nature kasihNya. Sekarang DIa menyediakan kasih yang sama bagi setiap suami Kristen yang ingin pernikahannya berjalan.

C. Pengorbanan diri merupakan inti kasih.

“Para suami, kasihi istrimu seperti Kristus mengasihi gereja, dan memberikan diriNya.” Calvary, dimana Kristus mengorbankan DiriNya, merupakan pernyataan kasih terbesar dalam sejarah manusia. Sekarang Tuhan meminta setiap suami Kristen melakukan pengorbanan yang sama. Hal yang sangat penting diingat—kasih memberi. Itu meliputi memberikan hal materi yang dibutuhkan istri saat keuangan mengijinkan, dan mungkin memberikan pemberian kecil dan berkata, “Aku perduli. Aku memikirkanmu saat kita terpisah.” Itu tidak menghabiskan banyak uang, tapi meyakinkan istri tentang kasih suaminya.

Kasih juga meliputi pertolongan. Kadang suami mengembangkan pemikiran aneh bahwa rumahnya merupakan istana dan dia adalah rajanya. Tugas istrinya adalah menyediakan kenyamanannya dan melindungi dia dari semua situasi yang tidak nyaman. Dia duduk dengan agung dimeja makan, tenggelam dalam kursi, dan menghibur diri dengan suratkabar dan televise sementara istrinya membersihkan dapur, mengatur rumah, menolong pekerjaan rumah anak-anak, dan menidurkan mereka. Setiap pelanggaran akan waktu menjadi raja akan diberi protes.

Sebagian besar pekerjaan istri itu berat, mungkin lebih berat dari suami mereka, dan tidak ada suami terlalu tinggi untuk menolong pekerjaan rumah dan anak-anak. Jika istri merupakan kaum yang lebih lemah, maka menyuci piring, menyapu lantai, mengawasi anak, membersihkan jendela, atau hal kecil lainnya merupakan cara lain mengatakan, “Aku cinta kamu.”

Kasih yang berkorban meliputi pemberian waktu. Sebagian suami terlalu sibuk dengan hal lain, membetulkan alat, atau memberikan malam dengan istrinya. Dengan itu mereka berkata, “Engkau tidak cukup berharga untuk pengorbanan pribadi,” dan ini menyebarkan rumput liar dibunga yang indah. Tapi saat istri mulai layu dan merefleksikan prilaku yang sama terhadap suami, dia biasanya mengeluhkan hal itu. Masalah ini bisa diselesaikan saat suami mulai menunjukan kasih Kristus.

Kasih bisa meliputi pemberian sesuatu. Sering seorang suami memiliki hobi yang tidak disukai istri. Biasanya kompromi bisa dibuat: istri bisa mengembangkan hobi tersendiri, suami bisa membatasi diri terhadap sesuatu, atau mereka merencanakan kegiatan khusus bersama.

Kasih seperti Kristus meliputi meyakinkan kembali dan pemberian semangat. Sebagian pria menolak mengatakan pada istri kalau mereka mengasihinya. “Saya sudah mengatakan itu saat menikahinya, dan dia mengetahui hal itu benar.”

Ya, tapi wanita perlu diyakinkan kembali. Seluruh hidupnya dibungkus oleh keamanan kasih suaminya, dan Tuhan ingin dia diyakinkan dalam setiap cara yang memungkinkan. Dia butuh mengetahui kalau suami mempedulikannya—bahwa suami menghargai hal yang dia lakukan untuk menyenangkannya, seperti menjaga rumah dan memasak makanan. Dia perlu tahu bahwa suami pulang karena dia ada disana—bukan hanya makanan dan tempat tidur! Salah satu keluhan istri adalah suami mereka menganggap itu biasa saja, memperlakukan mereka seperti pembantu. Inilah apa yang wanita katakan apa yang paling dibutuhkan dari suaminya: “Saya butuh rasa dibutuhkan, bahwa apa yang saya lakukan bagi dia dan anak kita penting baginya. Kemudian, saya ingin dihargai akan apa yang saya lakukan.” Sebagian besar istri berusaha keras untuk menyenangkan, dan mereka butuh untuk mengetahui kalau suami mereka menyetujui dan menghargai usaha mereka.

2. Hormatilah Mereka Sebagai Teman Pewaris Dari Kasih Karunia Kehidupan.

Suami sering mengeluarkan istri dari kehidupan mereka. Mereka pikir kerja keras dan menyediakan materi berlimpah akan membuat istri bahagia. Dan saat mereka bekerja untuk kaya, istri mereka dirumah dengan hati yang sakit, ingin membagi hidup dengan suami seperti maksud Tuhan, memberi penghargaan, dan kasih Tuhan ingin mereka dapatkan, menginginkan tuntutan pengertian simpatik.

A. Suami Harus Mengerti Akan Keadaan Istrinya

Seorang wanita menulis, “Suami saya perlu memberi tahu saya bahwa dia sadar akan masalah yang sedang saya alami dan mengerti keadaan saya. Saya perlu merasakan bahwa kita bekerja bersama untuk tujuan yang sama.” Satu kata yang sering muncul saat istri membahas apa yang mereka butuh dari suaminya adalah pengertian. Sebanyak apapun materi tidak bisa menggantikan suami yang mendengar istri dengan perhatian yang tidak terbagi saat dia membutuhkan perhatian suaminya, yang mencoba mengerti perasaannya yang paling rumit, dan membiarkan istrinya tahu kalau dia mengasihinya selama saat yang paling tidak logis itu sekalipun.

B. Suami Harus Rela Berkorban

Kelanggenagan rumahtangga membutuhkan pengorbanan. Itu menuntut pengorbanan total. Itulah yang dilakukan Kristus saat kasihNya membawa Dia ke Kalvari. Jika anda tidak ingin membayar hal itu, maka anda membuat kesalahan fatal ketika anda membuat janji pada seorang wanita untuk mengasihinya sampai kematian.

Tuhan berkata dia merupakan bagian darimu. Anda satu daging. Dia butuh diperlakukan sama seperti anda memperlakukan tubuh anda. “Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.”

Kata menjaga berarti mengusahakan tetap hangat, tapi juga berarti penuh kasih, perhatian, perawatan yang diberikan perawat terlatih pada anaknya sendiri. Sebagian pria seperti anak kecil; mereka ingin istri mereka menyuapinya saat lapar dan menenangkan mereka saat mereka terluka, seperti yang ibu mereka lakukan. Menurut Alkitab, itu lebih dekat pada peran suami terhadap istri, daripada peran istri terhadap suami.

C. Suami Harus Menjaga Kehidupan Jasmani dan Rohani Istri Mereka

Sebagian pria sangat menjaga tubuh mereka. Mereka mendapat makanan yang banyak, istirahat cukup, pakaian yang sesuai, istirahat dari rutinitas, olah raga, hiburan yang menyenangkan, waktu untuk diri sendiri, dan beberapa kepuasan dalam hidup. Tapi apakah mereka juga ingin melihat itu dalam diri istri mereka? Seharusnya begitu, menurut Firman Tuhan, karena istri merupakan bagian dari mereka. Pemeliharaan suami bagi istri, juga merupakan pemeliharaan diri, karena mereka adalah satu.

3. Doa Terkabulkan (Berkat dalam Keluarga) .

Apa yang dikatakan Petrus dalam ayat 1 Petrus 3:17: “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.”

Saat seorang pria mengambil wanita sebagai istrinya, dia menjadikannya bagian dari dirinya; dia tidak bisa mengeluarkan wanita itu dari hidupnya. Saat dia menolak mentaati Firman Tuhan tentang hal ini, roh kepahitan dan permusuhan masuk kedalam pernikahan mereka, kuasa rohani hilang dan doa yang efektif terhalang. Kerohanian yang tumpul bisa dilacak dari hal ini. Inilah saatnya bagi kita untuk kembali mentaati Firman Tuhan!

Kasih Bapa

Ada seorang duda yang sangat kaya. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang sangat ia kasihi dan memiliki kegemaran yang sama dengannya yaitu mengkoleksi lukisan-lukisan terkenal. Mereka berkeliling dunia untuk mencari dan mengumpulkan lukisan-lukisan itu. Karya-karya tak ternilai dari Picasso, Van Gogh, Monet dan banyak lainnya menghiasi dinding rumah mereka. Duda itu sangat bangga dengan keahlian anaknya memilih karya-karya bermutu.

Ketika musim dingin tiba, perang melanda negeri mereka. Anak muda itu pergi untuk membela negerinya. Setelah beberapa minggu, ayahnya menerima telegram bahwa anaknya telah hilang. Kolektor seni itu dengan cemas menunggu berita berikutnya, dan ternyata yang dicemaskan terjadi, anaknya telah tewas ketika sedang merawat seorang temannya yang terluka. Keinginan untuk merayakan Natal bersama anaknya sirna sudah. Ia merasa sedih dan kesepian.

Pada hari Natal pagi hari, terdengar ketokan di pintu yang membangunkan orang tua itu. Ketika ia membuka pintu, seorang serdadu berdiri di depannya dengan membawa bungkusan besar. Serdadu itu memperkenalkan diri, “Saya adalah teman anak bapak. Saya adalah orang yang sedang diselamatkannya ketika ia tewas. Bolehkah saya masuk sebentar? Ada sesuatu yang ingin saya perlihatkan.” Serdadu itu menuturkan bahwa anak orang tua itu telah menceritakan padanya kecintaannya, juga ayahnya, pada barang-barang seni.

“Saya adalah seorang seniman,” kata serdadu itu, “dan saya ingin memberikan pada Anda barang ini.” Dibukanya bungkusan yang dibawanya itu dan ternyata di dalamnya ada lukisan foto anak orang tua itu. Memang bukan karya yang sangat bagus dibandingkan dengan lukisan-lukisan yang telah dimilikinya. Tetapi lukisan itu cukup rinci menggambarkan wajah anaknya. Dengan terharu orang tua itu memajang lukisan itu di atas perapian, menyingkirkan lukisan-lukisan lain yang bernilai ribuan dolar.

Pada hari-hari berikutnya, orang tua itu menyadari bahwa walaupun anaknya tak berada lagi di sisinya ia tetap hidup dihatinya. Ia bangga mendengar anaknya telah menyelamatkan puluhan serdadu yang terluka sampai sebuah peluru merobek jantungnya. Lukisan foto anaknya itu menjadi miliknya yang paling berharga.

Pada musim semi berikutnya, orang tua itu sakit dan meninggal. Koleksi lukisannya akan dilelang. Dalam surat wasiatnya orang tua itu mengatakan bahwa lukisan-lukisan itu akan dilelang pada hari Natal, hari orang tua itu menerima lukisan yang paling disayanginya itu. Penggemar seni di seluruh dunia menunggu saat pelelangan itu.

Saat yang dinantikan itu pun tiba. Penggemar seni berdatangan dari berbagai penjuru dunia. Lelang dimulai dengan lukisan yang tak ada dalam daftar di museum di seluruh dunia, yaitu lukisan anak orang tua itu. Juru lelang bertanya, “Siapa yang akan mulai dengan penawaran?” Ruangan itu sunyi. Juru lelang melanjutkan, “Siapa yang akan mulai penawaran dengan $100?” Menit-menit berlalu dan tak ada seorang pun yang berbicara. Terdengar suara protes, “Siapa yang berminat pada lukisan tak bermutu itu? Itu hanya lukisan foto anak orang tua itu. Lupakan saja lukisan itu dan lanjutkan dengan lukisan-lukisan lain yang bermutu.” Terdengar suara-suara yang menyetujui usul itu. “Tidak, kita harus menjual ini terlebih dahulu,” kata juru lelang. Akhirnya, seorang tetangga orang tua itu berkata, “Bagaimana kalau saya menawarnya sepuluh dolar. Saya hanya punya uang sebanyak itu. Karena saya kenal baik anak itu, saya ingin memilikinya.” Juru lelang itu bertanya, “Ada yang menawar lebih tinggi?” Kembali ruangan sunyi. “Kalau begitu saya hitung, satu, dua, … tiga, jadilah.” Tepuk tangan terdengar riuh di ruangan itu, dan terdengar suara, “Nah, akhirnya kita sampai pada pelelangan harta yang sebenarnya.” Tetapi juru lelang itu mengumumkan pelelangan telah selesai. Seseorang memprotes dan bertanya, “Apa maksud Anda? Di sini ada koleksi lukisan yang bernilai jutaan dolar dan Anda mengatakan telah selesai. Kita datang kesini bukan untuk lukisan anak orang tua itu. Saya ingin ada penjelasan.” Juru lelang itu menjawab, “Ini sangat sederhana. Menurut surat wasiat orang tua itu, siapa yang memilih anaknya … akan mendapat semuanya.”

Memang, pesan pada hari Natal itu sama seperti yang disampaikan pada kita selama berabad-abad: Kasih seorang Bapa pada Anak-Nya yang telah mengorbankan diri untuk menyelamatkan orang lain. Dan karena kasih Bapa itu, siapa yang menerima Anak-Nya akan menjadi ahli waris-Nya dan menerima seluruhnya.

Yohanes 1:12 – Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;

Galatia 4:7 – Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.

KASIH IBU

Pada suatu sore seorang anak menghampiri ibunya di dapur yang sedang menyiapkan makan malam. dan ia menyerahkan selembar kertas yang selesai ditulisinya. Setelah ibunya mengeringkan tangannya dengan celemek, ia membacanya dan inilah tulisan si anak:

Untuk memotong rumput minggu ini Rp. 7.500.00

Untuk membersihkan kamar minggu ini 5.000.00

Untuk pergi ke toko menggantikan mama 10.000.00

Untuk menjaga adik waktu mama belanja 15.000.00

Untuk rapor yang bagus 25.000.00

Untuk membersihkan dan menyapu halaman 12.500.00

Untuk membuang sampah setiap hari 5.000.00

Jumlah hutang 80.000.00

Si ibu memandang anaknya yang berdiri di situ dengan penuh harap dan berbagai kenangan terlintas dalam pikiran ibu itu. Kemudian, ia mengambil ballpoint, membalikkan kertasnya dan menulis:

Untuk sembilan bulan ketika mama mengandung kamu, selama kamu tumbuh dalam perut mama, Gratis

Untuk semua malam ketika mama menemani kamu, mengobati kamu, dan mendoakan kamu, Gratis

Untuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini, gratis

Untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa cemas di waktu yang akan datang, Gratis

Untuk mainan, makanan, baju, dan juga menyeka hidungmu, Gratis

Anakku dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga cinta sejati mama adalah GRATIS.

Setelah selesai membaca apa yang ditulis ibunya, ia menatap wajah ibunya dan berkata: "Ma, aku sayang sekali pada Mama" Dan kemudian ia mengambil ballpoint dan menulis dengan huruf besar-besar : " LUNAS "

BAGAIMANA KALAU ALLAH PUNYA ANSWERING MACHINE??


Bayangkan bila pada saat kita berdoa dan mendengar ini:
"Terima kasih, Anda telah menghubungi Rumah Bapa".
Pilihlah salah satu:
* Tekan 1 untuk 'meminta'.
* Tekan 2 untuk 'mengucap syukur'.
* Tekan 3 untuk 'mengeluh'.
* Tekan 4 untuk 'permintaan lainnya'."

Atau, bagaimana jika Allah memohon maaf seperti ini:
"Saat ini semua malaikat sedang membantu pelanggan lain. Tetaplah menunggu. Panggilan Anda akan dijawab berdasarkan urutannya."

Bisakah Anda bayangkan bila pada saat berdoa, Anda mendapat respons seperti ini:
"Jika Anda mau bicara dengan Malaikat Gabriel, tekan 1.
Dengan Malaikat Mikhail, tekan 2.
Dengan malaikat lainnya, tekan 3.
Jika Anda ingin mendengar nyanyian Raja Daud saat Anda menunggu, tekan 4.

"Untuk mengetahui apakah orang yang Anda kasihi akan dipanggil ke Rumah Bapa, masukkanlah nomor KTP-nya.
Untuk pesan tempat di Rumah Bapa, tekanlah Y, O, H, A, N, E, S dan tekan 3,1,6."

"Untuk jawaban pertanyaan tentang dinosaurus, umur bumi, dan di mana bahtera Nuh berada, silahkan tunggu sampai Anda tiba di sini."

Atau bisa juga Anda mendengar ini :
"Komputer kami menunjukkan bahwa Anda telah satu kali menelpon hari ini, Silakan mencoba kembali esok hari."

"Kantor ini ditutup pada akhir minggu. Silakan menelpon kembali hari Senin setelah pukul 9 pagi."

Namun puji Tuhan, Allah kita mengasihi kita, Anda dapat menelponNya setiap saat !!!
Anda hanya perlu untuk memanggilnya sekali dan Tuhan mendengar Anda.

Karena Yesus, Anda tidak akan pernah mendapat nada sibuk.
Tuhan menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa pemanggilnya secara pribadi.

Ketika Anda memanggil dan Tuhan akan menjawab; Anda akan menangis minta tolong dan DIA akan berkata : "Ini AKU". ( Yesaya 58 :9 ).

Ketika Anda memanggil, gunakan Nomor Telepon Darurat dibawah ini

* Saat Berduka Cita, putar Yohanes 14.
* Ketika dikecewakan sesama, putar Mazmur 27.
* Jika Anda ingin berbuah, putar Yohanes 15.
* Ketika Anda Berdosa, putar Mazmur 51.
* Ketika Anda kawatir, putar Matius 6:19-34.
* Ketika Anda dalam bahaya, putar Mazmur 91.
* Ketika Tuhan terasa jauh, putar Mazmur 139.
* Ketika Iman Anda perlu dikuatkan putar Ibrani 11.
* Ketika Anda merasa sendiri dan takut, putar Mazmur 23.
* Ketika hidup Anda sedang dalam kepahitan, putar I Korintus 13.
* Untuk Rahasia kebahagiaan Paulus, putar Kolose 3 : 12-17.
* Untuk Arti Kekristenan, putar I Korintus 5:15-19.
* Ketika Anda merasa kecewa dan ditinggalkan, putar Roma 8 :31-39.
* Ketika Anda menginginkan kedamaian dan ketenangan, putar Matius 11:25-30.
* Ketika Dunia terlihat lebih besar dari Tuhan, putar Mazmur 90.
* Ketika Anda ingin jaminan Kekristenan putar Roma 8 : 1-30.
* Ketika Anda meninggalkan rumah untuk bekerja atau bepergian, putar Mazmur 121.
* Untuk penemuan/kesempatan besar, putar Yesaya 55.
* Ketika Anda membutuhkan keberanian untuk suatu tugas, putar Yosua 1.
* Supaya dapat bergaul dengan baik terhadap sesama, putar Roma 12.
* Ketika Anda memikirkan kekayaan, putar Markus 10.
* Saat Anda mengalami depresi, putar Mazmur 27.
* Jika Anda kesulitan keuangan, putar Mazmur 37.
* Jika Anda kehilangan kepercayaan terhadap orang, putar I Korintus 13.
* Jika orang di sekitar kita tampak berlaku tidak baik, putar Yohanes 15.
* Ketika Anda putus asa dengan pekerjaan, putar Mazmur 126.
* Jika Anda menemukan bahwa dunia mengecil dan Anda merasa besar, putar
Mazmur 19.

Nomor-nomor tersebut dapat langsung dihubungi.
Operator tidak diperlukan. Seluruh saluran ke Surga terbuka 24 jam sehari!!.

Bagikan daftar telepon ini kepada orang-orang disekeliling kita.
Mana tahu mungkin mereka sedang membutuhkannya.
Jika perlu ajaklah berdoa bersama.

Selamat merenungkan.

PENDETA DAN POLISI

Dua orang pendeta mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi.
Mereka akhirnya diminta untuk berhenti oleh seorang polisi karena
telah melaju melebihi kecepatan maksimum yang sudah ditetapkan.

"Apa yang Anda lakukan? Anda mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi."

Salah satu Pendeta berkata, "Kami mengendarai sepeda motor ini hanya sekedar putar-putar ... lihatlah motor ini memang sangat bagus dan kencang larinya."

Si Polisi menggeleng-gelengkan kepalanya, "Bagaimanapun juga, saya harus menilang Anda. Mengemudi seperti itu sangat membahayakan jiwa Anda. Bagaimana kalau Anda mengalami kecelakaan?"

Kemudian Pendeta berkata lagi, "Jangan khawatir, Tuhan Yesus beserta kami."

Si Polisi berkata, "Wah, kalau begitu saya harus benar-benar menilang Anda. Karena tiga orang dilarang berada dalam satu motor sekaligus."

Sepuluh Perintah Allah


Konon, 10 Perintah Allah itu sebenernya bukan untuk orang Israel,melainkan untuk bangsa lain. Tapi justru bangsa lain yang ditawarkan malah menolak.

Begini kisahnya ..

Malaikat ke Italia.
Malaikat:"Hei kamu orang Italia, mau perintah Allah nggak?"
Orang Italia:"Apa isinya?"
Malaikat:"Jangan membunuh!"
Orang Italia:"Sori yach, kami ini mafia, membunuh adalah kegiatan kami"

Lalu malaikat itu terbang ke Rusia.
Malaikat:"Hei kamu orang Rusia, mau perintah Allah nggak?"
Orang Rusia:"Apa Isinya?"
Malaikat:"Sembahlah TUHAN, Allahmu!"
Orang Rusia:"Sori yach, kami ini atheis. Nggak percaya ama Tuhanmu!"

Lalu malaikat itu terbang ke Cina.
Malaikat:"Hei kamu orang Cina, mau perintah Allah nggak?"
Orang Cina:"Apa isinya?"
Malaikat:"Jangan berdusta!"
Orang Cina:"Sori yach, kami ini pedagang, jadi mesti menipu supaya dapet untung."

Dan malaikat singgah ke Indonesia.
Malaikat:"Hei kamu orang Indonesia, mau perintah Allah nggak?"
Orang Indonesia:"Apa isinya?"
Malaikat:"Jangan ingin milik harta sesamamu manusia!"
Orang Indonesia:"Sori yach, kami ini koruptor, jadi mesti merampas harta orang lain."

Malaikat tsb menjadi frustrasi.
Akhirnya sang malaikat terbang ke Israel yang umatnya terkenal bandel dan pelit!
Siapa tahu mereka mau, gumam malaikat.

Malaikat:"Hei kamu orang Israel, mau perintah Allah nggak?"
Orang Israel:"Mbayar nggak?"
Malaikat:"Gratis!!!"
Orang Israel:"OK, kami minta SEPULUH!"

hehehe.. just for fun! jangan dianggap serius ya...

KRISIS PERNIKAHAN


Sepasang suami istri baru saja bertengkar selama beberapa waktu.
Setelah hati dan kepala mulai dingin, si istri menghampiri suaminya yang sedang melihat-lihat surat kawin mereka, "Apa yang sedang kamu lakukan?"
Si suami mencoba menyembunyikan dokumen yang ada di tangannya dan berkata, "Aku tidak melakukan apa-apa."
Si istri yang telah melihat dokumen itu, sangat kecewa. "Tidak melakukan apa-apa? Aku melihatmu membaca surat kawin kita. Mengapa kamu berbohong! Kamu sudah mengamati surat kawin itu, dari atas sampai bawah, dibolak-balik lagi! Untuk apa itu?"
Merasa kesal, si suami berkata, "Baiklah jika kamu ingin tahu. Dari tadi aku sedang mencari tanggal kadaluarsa surat kawin ini!"

Manusia Tidak Mampu Menemukan Allah

KEBERADAAN manusia sebagai makhluk beragama penting kita pahami, supaya di tengah Kitab Kejadian 1: 27-28, dan Matius 22: 37 mengajak kita untuk menelusuri keberadaan manusia sebagai makhluk berbudaya dan beragama. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mengatur hubungan dengan sesama. Sebagai makhluk beragama, manusia diberi kemampuan untuk berelasi dengan Allah, dalam persekutuan yang utuh antara umat dengan penciptanya. Beragama merupakan kemampuan lahiriah yang diberikan Allah kepada manusia. Hal ini juga membedakan manusia sebagai ciptaan yang utama dengan binatang yang tidak punya kemampuan religius untuk beribadah kepada Sang Pencipta.

Namun kejatuhan manusia ke dalam dosa telah mengakibatkan kerusakan pada sistem nilai manusia. Manusia sebagai makhluk beragama yang seharusnya tunduk kepada kebenaran, justru melawan kebenaran. Manusia yang seharusnya takluk kepada Allah kini tidak lagi tunduk seutuhnya, bahkan sebaliknya memanipulasi atau mengatur Allah dengan caranya yang disebut agama. Ada yang menjadikan agama hanya sekadar baju, dan tidak memberikan ruang dalam hati bagi Tuhan. Kita mengurung Tuhan dalam hidup kita, dan menginginkan agar DIA melakukan apa yang kita mau. Kita bukan hidup seperti apa yang Tuhan mau.

Agama berasal dari kata “a-gamos”, yang artinya “tidak kacau”. Jadi, agama secara umum sebetulnya menghindari kekacauan. Dengan beragama manusia menjadi makhluk yang tertib dan bermoral—kecuali kalau agama yang dianutnya memiliki dasar ajaran yang merusak, menyakiti dan menghancurkan. Ini biasanya disebut bidat (sekte). Namun pada hakekatnya, agama tidak pernah mengajarkan untuk merusak atau menimbulkan kekacauan. Tetapi sebagai ekses dari sebuah agama, kekerasan bisa muncul. Kalau melihat ekses dari suatu agama, jangan salahkan agamanya, sebab yang namanya ekses bisa ada dan terjadi pada agama apa pun. Ekstrimis bisa ada pada agama apa pun.

Sifat agama

Secara umum dapat dikatakan, agama punya beberapa sifat. Pertama, agama itu bersifat eksklusif. Kenapa? Karena agama merupakan sebuah keyakinan yang menciptakan sistem kepercayaan ke dalam (intern). Penganut yang eksklusif akan menolak segala sesuatu yang berbeda dengan keyakinannya. Di luar mereka dianggap sesat atau kacau. Jadi, agama sangat sulit menerima suatu realita perbedaan. Agama punya kecenderungan untuk menolak perbedaan. Inilah salah satu bentuk eksklusivitas agama.

Sifat kedua, radikal. Karenanya, agama itu akan mempertahankan diri dan menolak keras perbedaan agama, kalau perlu dengan cara radikal, menghancurkan. Sehingga muncullah wajah yang menakutkan dari agama, dan ini telah sering dibuktikan sejarah. Jadi, perdebatan atau pertikaian soal agama bisa membutuhkan waktu yang sangat panjang, bahkan mungkin tidak akan pernah selesai. Ideologi (kenegaraan) kadang-kadang bisa ditengahi, tetapi kalau sudah menyangkut agama, sangat sulit, karena menyangkut keyakinan yang sangat mendalam.

Ketiga, agama juga disebut mistis. Agama tidak sama dengan ilmu pengetahuan. Agama itu digambarkan sakral, tidak bisa diganggu gugat, karena keyakinan kadang kala tidak bisa dijelaskan berdasarkan ratio. Agama bersifat mistis karena memang mengan-dung sesuatu nuansa atau suasana yang misterius: hubungan seseorang dengan Tuhannya. Hubungan ini tidak bisa dipegang atau dijangkau. Jadi, dari sifatnya agama secara umum menempatkan pengikutnya dalam kelompok, untuk bertarung membuktikan diri sebagai yang paling benar, dengan cara paling halus sampai cara paling kasar, tergantung persfektif sang pemimpin.

Lalu bagaimana agama dipandang dari kaca mata Kristen? Dalam Roma 3:11 dikatakan, “Tidak ada seorang pun yang berakal budi. Tidak ada seorang pun yang mencari Allah...” Alkitab mengajarkan kepada kita, sejatinya tidak ada orang yang mencari Allah, karena semua manusia sudah berdosa. Sebagai makhluk berdosa, manusia tidak lagi memiliki kemampuan untuk mencari dan menemukan Allah. Tidak ada manusia yang benar, seorang pun tidak. Manusia tidak punya kemampuan untuk mencari Allah yang suci dan sejati. Sehingga secara umum agama hanyalah suatu sistem di dalam keterbatasan. Sebagai sistem, dia mampu menciptakan kebaikan, moral. Manusia yang makin berbudaya, ditambah kombinasi kesadaran, pertumbuhan di dalam kebutuhan akan lingkungan sosial yang makin dewasa, ditambah ilmu pe-ngetahuan dan pengalaman-pe-ngalaman, membuat manusia itu berpikir untuk menciptakan tatanan kehidupan yang lebih dan lebih baik lagi.

Agama, dalam kaca mata Kristen, dapat dilihat dalam Yohanes 15: 16. Tuhan berkata, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu...”. Artinya manusia tidak pernah punya inisiatif untuk mencari dan memilih Tuhan, tetapi justru Tuhanlah yang berinisiatif memilih dan menemukan manusia. Jika penganut agama secara umum berkata, “Engkaulah Tuhanku”, maka pengikut Kristus justru mendapat anugerah: dipilih menjadi murid Tuhan.

Di sinilah kita merasakan makna kekristenan yang dalam itu, sehingga kekristrenan bukan sekadar agama dalam pengertian secara umum. Kekristenan tidak bisa menjadi sama di dalam pemahaman agama secara umum. Kekristenan harus diyakini sebagai panggilan Kristus kepada orang berdosa, sehingga oleh kemurahan Kristus, orang berdosa mendapat penebusan, sehingga disebut Kristen: murid Kristus, atau Kristus kecil.

Jadi, jikalau Kristen dipandang sebagai agama, maka jangan lupa Kristus adalah Allah yang menyatakan diri, bukan dinyatakan oleh umat. Jadi, Kristen adalah sebuah kesaksian Alkitab, bukan sebuah sistematika agama. Kekristenan hanya berpegang pada apa yang dikatakan Alkitab. Apa yang dikatakan dalam Alkitab, itu sudah cukup dan amin.